Abah Uca

Sabtu, 10 April 2010

Kamar 308 : Dikdik Dahlan L.

Wangi Dupa, kemenyan atau apalah namanya langsung menusuk hidung ketika petugas membukakan pintu dan mempersilahkan kami memasuki kamar itu. Sewaktu memasuki kamar, setiap mulut harus mengucapkan salam “Assalamu’alaikum”, seperti ketika petugas itu mengetuk pintu. Kepada siapa ucapan salam itu ditujukan ? Entah, karena kamar itu tidak berpenghuni seperti kebanyakan kamar lain di malam itu.
Dari luar, sepertinya tidak ada keistimewaan apapun dibanding kamar - kamar lainnya. Namun di dalamnya, kamar ber-AC yang diterangi lampu temaram nuansa hijau itu menunjukkan bahwa kamar ini disediakan khusus untuk seorang pembesar sekaliber Bung Karno, proklamator sekaligus Presiden RI pertama.
Setelah berada dalam kamar itu, petugas mengingatkan semua pengunjung untuk duduk bersimpuh terlebih dahulu di atas karpet hijau dengan wajah menghadap ke arah sebuah lukisan paling besar. Lukisan itu adalah lukisan seorang wanita cantik yang tengah menyeruak muncul dan menampakan diri di tengah gulungan ombak pantai selatan. Hati bergumam : inikah wajah sesungguhnya Nyi Roro Kidul, Ratu Pantai Selatan itu ? Seluruh pengunjung dipersilahkan untuk memanjatkan do’a atau menyampaikan sesuatu yang menjadi uneg – unek atau apapun yang bisa diperantarai oleh pemilik kamar (Bung Karno yang telah almarhum itu) atau kepada Ratu Pantai Selatan yang tidak jelas alang ujurnya itu.
Sebagian pengunjung, ada yang dengan khusu’ menundukkan kepala, mengomat – ngamitkan bibirnya, hening. Saya, malah lebih suka mengantar keinginan mata ini untuk berkeliling memata – matai seluruh yang ada di kamar itu plus tingkah polah para pengunjung. Saking penuhnya pengunjung, ketika duduk bersimpuh itu lutut ini hampir saja bersentuhan langsung dengan beraneka ragam sesaji yang terhampar tepat di hadapan lukisan wanita cantik itu. Ada sekitar lima buah baki yang isinya hampir sama : sepuluh buah gelas berisi air yang terdiri dari air berisi tujuh kembang, segelas air putih, segelas air teh dan segelas air kopi yang di atasnya bertengger sebutir telur beralas piring kecil. Selain gelas, sebagai tambahannya ada yang berupa alat kecantikan, ada yang berupa senjata tradisional seperti keris berukuran kecil, ada juga berupa daun sirih. Tambahan – tambahan itu, konon menunjukkan tentang jenis permintaan. Kalau yang menambahkan berupa alat kecantikan, itu artinya sedang mencari jodoh atau minta awet muda. Kenapa sesaji ini ditinggalkan begitu saja ? “Baru besok pagi kami mengangkatnya”, ucap pemandu. Atas ijin sang pemandu, saya berkesempatan mencicipi air teh dari salah satu baki yang terdekat.
Selain, lukisan wanita cantik itu, terdapat pula photo dan lukisan Bung Karno. Lukisan dan atau photo kedua tokoh ini memenuhi hampir semua sudut ruangan dengan berbagai ukuran. Lukisan atau photo Bung Karno, kata petugas itu melambangkan bahwa kamar ini memang kamar bekas Bung Karno. Kenapa ada lukisan Ratu Pantai Selatan ? Sang petugas hanya tersenyum. Konon katanya, pada masa jayanya kalau Bung Karno menghadapi persoalan atau hendak mengambil sebuah keputusan, beliau selalu bersemedi di kamar ini, kamar 308 Samudra Beach Hotel Pelabuhan Ratu. Anehnya lagi, hampir semua lukisan tentang Ratu, wajah sang Ratu tidak mirip antara yang satu dengan yang lainnya. Yang paling cantik, justru lukisan yang dilukis oleh orang Singapura. Kenapa ? Katanya tergantung wangsit dan imajinasi si pelukis.
Hanya sekira sepuluh menit berada di kamar itu, kami sudah dipanggil untuk segera keluar. Kami harus patuh, dan sewaktu keluar ucapan salam harus juga terlontar lagi. Di mulut pintu telah berdiri dan berjejer pula pengunjung lain. Sekali kunjungan yang hanya sekira sepuluh menit itu setiap orang dikenakan biaya kunjungan. Biaya semedi yang hanya diberi waktu satu jam bisa berpuluh kali lipat biayanya. Tapi yang berkunjung dan terutama yang berminat bersemedi malam itu, di luar nampaknya sudah berjejer. Baru ingat, kalau malam itu adalah malam Jum’at kliwon.(Tulisan ini pernah dipublikasikan dalam Bulletin Gema Mujahidin - Bandung)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar