Abah Uca

Minggu, 11 April 2010

Kerugian : Dikdik Dahlan L

Allah mempergunakan kata “waktu” untuk menunjuk kerugian yang dialami sebagian besar manusia. Kerugian sebenar-benarnya kerugian, karena pernyataan ini datang justru langsung dari Allah, pencipta dan pengawas serta hakim segenap manusia. Pernyataan ini tentu tidak akan pernah digubris dan dianggap angin lalu saja oleh orang yang tidak pernah mengenal Allah, tidak meyakini akan kehidupan akhirat kelak. Sebaliknya, pernyataan ini justru akan senantiasa menjadi salah satu rambu utama bagi mereka yang memiliki harapan merenggut kebahagiaan dunia akhirat, yang jelas-jelas juga dijanjikan oleh Allah. Kebahagiaan hakiki, yang kadang sulit pula dimengerti oleh manusia. Kebahagiaan hakiki yang sering datang secara rahasia dan tersembunyi.
Berkenaan dengan putaran waktu, dalam surat Al-Hasyr ayat 18 – 19 Allah telah wanti-wanti mengingatkan “Wahai orang-orang yang beriman, ingatlah engkau. Bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap jiwa merenungkan, melihat, menoleh ke masa lampau, supaya pengalaman masa lalu itu menjadi bekal untuk menyongsong masa depannya. Bertakwalah kepada Allah sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa-apa yang engkau kerjakan”
Allah mengingatkan hendaknya orang-orang Mukmin mempunyai semacam kesadaran sejarah masa lalu. Hal-hal yang sudah dilalui hendaknya dicamkan, ditelaah, dan dicermati. Hal-hal yang bagus, baik dan benar selayaknya dipertahankan dan ditingkatkan. Sebaliknya yang buruk, tidak benar apalagi berupa kemungkaran dan durhaka semestinya ditaubati, dibuang serta ditutup dengan kegiatan yang lebih bermanfaat dan menjamin lebih dekatnya kepada keridloan serta rahmat Allah.
Bermanfaat dalam arti kemanfaatan secara horizontal, baik untuk kebaikan diri pribadi dan keluarga, ketentraman bermasyarakat maupun kemajuan kehidupan berbangsa dan bernegara. Secara vertical, sebagai manusia beragama, selain bermanfaat juga dikehendaki agar kegiatan itu memiliki nilai dihadapan Sang Khalik.
Menilik pernyataan dan anjuran Allah di atas, insya Allah, sebenarnya justru orang mukmin yang berhak menguasai dunia. Tidak mungkin berada dalam genggaman orang lain. Orang mukmin adalah orang aktiv, kreatif dan dinamis. Orang mukmin tidak mukmin merasa rugi, merugikan atau dirugikan terutama oleh putaran waktu. Orang mukmin akan senantiasa memanfaatkan langkah-langkah detik senapas dengan lengkah-langkah kreatifnya. Orang mukmin akan senantiasa aktiv dan inopatif melangkah mengiringi langkah-langkah detik. Gambaran keseharian orang mukmin, adalah gambaran keseharian sebagaimana dinyatakan oleh Allah dalam surat Insyirah : bila engkau telah selesai menunaikan sebuah tugas dan aktivitas, hendaklah engkau bengkit kembali dan sandarkanlah harapanmu pada Tuhanmu. Harapan itu adalah keinginan, tapi itu juga adalah rahasia Allah, karena itu tempat sandarannya pun adalah Allah semata. Sehingga karenanya orang mukmin tidak pernah rugi. (Tulisan ini pernah dipublikasikan dalam Buletin Gema Mujahidin - Bandung)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar