Abah Uca

Senin, 12 April 2010

Semangat Hijrah : Dikdik Dahlan L.

Begitu monumentalnya kejadian hijrah Nabi sehingga kejadian ini dijadikan tonggak pemberlakuan tahun hijriyah dan sekaligus mengalahkan pamor moment – moment lain yang dialami Nabi serta para shahabatnya, seperti waktu kelahiran Nabi, Nuzul Al – Qur’an, Isra Mi’raj, Perang Badar, Futh Makkah dan lain-lain. Kejadian hijrah Nabi menjadi awal pembangunan serta peletakkan sendi dan dasar pemberlakuan syariat Islam yang pada saat itu masih asing bahkan dianggap mengancam dan merusak tatanan kehidupan bangsa Quraisy yang dianggapnya sudah mapan. Karena itu kaum kufar Makkah selalu memburu Muhammad dan pengikutnya, sekalipun Rasulullah sudah berada di luar kota Makkah. Perang Badar, Perang Uhud dan serentetan pertempuran lainnya adalah bukti reaksi mereka terhadap apa yang disampaikan oleh Nabi yang jelas-jelas bertolak belakang dengan nafsu mereka.
Agenda pertama dan utama yang dilakukan oleh Nabi sesampainya di Kota Yastrib adalah menjalin persaudaraan antara pendatang dan penduduk asli Yastrib, sekalipun istilah dan penyebutan tetap membedakannya; Muhajirin (untuk pendatang dari Makkah) dan Anshor (untuk penduduk asli Kota Yastrib). Keduanya dipersaudarakan oleh Rasulullah dan hidup rukun dibawah pimpinan serta pembinaan Nabi, karenanya kota ini kemudian disebut Madinatun-nabi (Medinah).
Persatuan dan persaudaraan inilah yang kemudian menjadi nafas kehidupan mereka, membangkitkan rasa percaya diri mereka untuk melangkah ke masa depan yang lebih baik. Lihatlah Salman Alfarisi, asalnya ia adalah seorang budak yang tidak lama setelah kejadian hijrah itu ia kemudian dimerdekakan oleh Rasulullah atas biaya bersama. Persaudaraan yang ditanamkan Rasulullah menumbuhkan kepercayaan diri Salman Al-Farisi untuk menyampaikan gagasan strategi perang. Nama Salman sampai saat ini masih harum dan dikagumi sekalipun jasadnya sudah terbujur kaku sejak empat belas abad yang lalu. Abdurrahman bin Auf, ia datang ke Medinah tanpa kekayaan sedikitpun. Tapi karena kepercayaan diri yang ditanamkan oleh Rasulullah, ia tidak meminta dibelas kasihani, ia hanya minta ditunjuki jalan ke pasar, dan dalam waktu yang singkat Abdurrahman bin Auf dikenal sebagai salah seorang saudagar terkemuka. Demikian juga ketika genderang perang Badar ditabuh oleh kaum Quraisy, kepercayaan diri yang tumbuh dikalangan kaum muslimin menjadikannya mampu memukul mundur 1000 orang pasukan kaum Quraisy dan memaksanya pulang dengan kekalahan, kepedihan dan dendam membara, padahal kaum muslimin sendiri hanya berjumlah 313 orang, dengan kesiapan dan perlengkapan seadanya.
Kehidupan kaum Muslimin di Kota Medinah adalah awal kehidupan yang bersendikan syariat Islam yang sebenar-benarnya, terbebas dari perilaku jahiliyah yang salah satunya selalu menggantungkan diri kepada ramalan, spekulasi dan kepercayan yang tidak berdasar seperti tathoyur dan lain sebagainya. Kehidupan kaum muslimin di Kota Medinah adalah kehidupan yang selalu ditopang dengan kepercayaan diri, langkah rasional, sedia mau melakukan koreksi dan introspeksi disertai semangat tawakal sebagai ruh untuk melakukan inofasi dan kreasi.

“Wahai orang-orang yang beriman, ingatlah engkau. Bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap jiwa merenungkan, melihat, menoleh ke masa lampau, supaya pengalaman masa lalu itu menjadi bekal untuk menyongsong masa depannya. Bertakwalah kepada Allah sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa-apa yang engkau kerjakan”

Insyirah : bila engkau telah selesai menunaikan sebuah tugas dan aktivitas, hendaklah engkau bengkit kembali dan sandarkanlah harapanmu pada Tuhanmu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar