Abah Uca

Minggu, 18 April 2010

Jujur : Dikdik Dahlan L.

Sekiranya di tengah – tengah shalat kita kentut, niscaya dengan serta merta kita pasti akan membatalkan shalat itu, sekalipun kentut itu tidak bersuara atau berbau. Kita akan berwudlu dan memulai lagi shalat dari awal. Hal itu dilakukan karena kita sangat yakin bahwa Allah tidak mungkin dapat kita bohongi.
Itulah salah satu pelajaran terpenting dari shalat yang kita tegakkan sedikitnya 17 rakaat dan dalam 5 waktu satu hari satu malam. Semenjak bangun dari tidur, kita dibekali kejujuran dengan dua rakaat shalat shubuh agar ketika kita memulai kehidupan di hari itu memang dibekali oleh kejujuran. Kita pamit bekerja kepada anak istri memang sesuai dengan apa yang kita ucapkan.
Waktu Shalat Dhuhur tiba, kembali kejujuran itu diingatkan kembali oleh Allah agar selama kita bekerja tidak menindas bawahan, mencatut hak atau kekayaan yang menjadi milik orang lain, dan mangkir dari tempat pekerjaan, Pada saaat Shalat Ashar, Maghrib dan Isya pun demikian, agar kita senantiasa berlaku jujur dihadapan anak, istri dan tetangga, lingkungan terdekat tempat kita berlindung.
Gelar yang melkat pada diri Rasulullah pun kita kenal dengan sebutan al Amin, orang yang dipercaya. Tentu dipercaya karena kata – katanya tidak pernah dusta, janjinya tidak pernah diingkari dan amanatnya selalu tertunaikan. Bahkan sebutan al Amin itu justru lahir dari mulut orang – orang Quraisy, jauh sebelum masa kerasulannya. Padahal kita kenal orang Quraisy saat itu hidup di tengah peradaban jahiliyah, peradaban carut marut, peradaban yang sangat bobrok. Namun demikian, segelap apapun peradaban itu, mereka dengan senang hati menyebutnya al Amin.
Kejujuran yang ditegakkan tidak bisa luntur oleh peradaban segelap apapun. Kejujuran seperti sebilah mata uang yang akan tetap berharga kapanpun dan dimanapun

Tidak ada komentar:

Posting Komentar