Abah Uca

Minggu, 18 April 2010

Menyempurnakan Amal dengan Ikhlas : Dikdik Dahlan L.

Konon ada seorang ahli ibadah yang bertahun – tahun ia selalu shalat berjama’ah, berdiri tepat di belakang imam. Selesai shalat, ia selalu membaca wirid dan berdo’a dengan khusu’ memakan waktu yang cukup lama.
Suatu ketika, ia terlambat memasuki mesjid sekalipun ia masih bisa shalat berjama’ah. Sambil menahan nafasnya yang terengah – engah, ia hanya mampu berdiri di shaf paling belakang, tapi ia tetap berusaha menyempurnakan shalatnya.
Seusai shalat, muncul rasa segan dan malu dalam dirinya untuk menyapa sesama jamaah yang lain. Saat itu juga ia menangis sejadi-jadinya. Bukan menangis karena keterlambatannya mengikuti shalat berjamaah. Ia menangis karena muncul kesadaran bahwa ternyata perjuangannya untuk selalu shalat berjamaah di shaf paling depan tepat di belakang imam tiada lain karena malu oleh orang lain. Ia terlanjur dikenal oleh tetangganya sebagai orang yang taat shalat berjama’ah. Ia baru menyadari bahwa di balik semangatnya itu ternyata terselip sifat riya.
Menurut Rasulullah, riya adalah salah satu sifat manusia yang bisa menyeret kepada kemusyrikan yang paling terselubung. Rasululah bersabda : “Sesungguhnya yang paling aku takutkan menimpa kalian semua adalah Syirik paling kecil”. Para shahabat bertanya : “Ya, Rasulullah, apa yang dimaksud dengan syirik paling kecil ?”. Rasulullah menjawab : “Riya. Di hari qiyamat nanti, pada saat Allah memberikan balasan atas amal perbuatan setiap manusia, Allah berfirman : “Pergilah kepada orang-orang yang selalu melihat amal perbuatan selama di dunia. Lihatlah, apakah pada mereka itu ada pahala yang akan mereka berikan kepadamu ?””.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar